Bekal Hijrah Ku
Marketplace
Informasi
- Abu Ihsan al Atsari
- Ummu Ihsan
- BHK
- 978-602-6360-68-7
- 14 x 20 cm
- Soft Cover
- 200 gr
- 144 Halaman
- HVS
- Cetakan 1
Deskripsi
Hijrah, istilah yang sakral dalam syariat kita. Awalnya asing, namun belakangan populer. Kepopulerannya tidak terlepas dari fenomena para publik figur yang secara mengejutkan mengubah haluan hidupnya. Dari suka musik menjadi suka membaca al Quran. Dari seorang presenter kini menjadi seorang penuntut ilmu syari. Intinya, hijrah menjadi tren di masa-masa sekarang.
Menurut Islam, hijrah ini tak hanya dimaknai sebagai perpindahan fisik seperti hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah dahulu. Namun, hijrah dimaknai secara psikis, dikaitkan dengan pikiran serta hal-hal immateri lain. Atas dasar itulah, tidak sedikit ulama yang mengartikan hijrah dengan perpindahan “gaya hidup” seseorang dari kebiasaan melakukan perbuatan buruk kepada kebiasaan melakukan perbuatan baik. Dari dirinya yang dulu dikenal berperilaku negatif, menjadi dirinya yang kini berperilaku positif.
Yang jelas, hijrah amat erat kaitannya dengan hidayah. Bahkan, penulis buku ini menyebutnya puncak hidayah. Sebagai nikmat terbesar dari hamba, sebab tidak semuanya Allah berikan hidayah tersebut. Maka itu, hijrah haruslah disambut dengan rasa syukur. Adapun wujud rasa syukur yang terbaik ialah kesungguhan dalam berupaya mendekat kepada-Nya dengan melakukan berbagai ketaatan.
Ketaatan itu sebagai bukti kebenaran hijrah seseorang. Hendaklah dia segera meninggalkan apa-apa yang dibenci oleh Allah, menuju apa-apa yang Dia cintai, dengan bekal ilmu pengetahuan agama yang syar’i. Jadi, menuntut ilmu yang utama, bukan mengubah penampilan fisik semata. Ini sebagaimana tuntunan Rasulullah. Beliau bersabda:
“Sungguh, aku meninggalkan diri kalian di atas jalan yang putih bersih, malamnya bagaikan siangnya. Siapa saja yang menyimpang darinya, dia pasti binasa.”
Di sini diuraikan poin-poin mendasar yang sebaiknya dipahami siapa saja cara hijrah seutuhnya menuju Allah. Tentu saja, disertai dalil-dalil nash yang shahih dan sederhana. Maknai poin-poin tersebut sebagai “jalan” yang diisyaratkan oleh Nabi tadi. Selamat menyimak.